Sabtu, 12 Desember 2009

PELUANG USAHA WARNET DI KOTA LAMONGAN


Banyak peluang usaha yang punya potensi di Kota Lamongan, salah satunya adalah Warnet atau singkatan dari Warung Internet. Hampir disetiap jalan Kota Lamongan Anda akan dengan mudah menemui usaha tersebut. Peluang ini terbuka lebar saat perkembangan teknologi yang pesat mulai menuntut kita untuk selalu mengetahui informasi-informasi terbaru dalam negeri maupun di luar negeri. Mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraan. Hal ini tentunya tidak disia-siakan oleh para pengusaha kecil, menengah maupun kalangan atas.


Saat ini tidak hanya orang dewasa saja yang menggunakan layanan warnet bahkan anak-anak pun juga bisa menggunakan internet karena prosesnya yang sangat mudah dan bisa dioperasikan oleh siapa saja bahkan di mana saja. Oleh karena itu, warnet biasanya berada di tempat-tempat strategis yang dekat dengan lembaga pendidikan maupun perkantoran agar sasaran pelanggan lebih mudah untuk mencapai warnet yang dituju.


Sama seperti usaha-usaha lain, usaha ini juga akan memiliki banyak saingan karena sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah Warnet tidaklah sulit. Sehingga fasilitas - fasilitas yang disediakanpun juga bermacam-macam. Mulai dari fasilitas komputer yang mempunyai kecepatan tinggi untuk browsing, chatting maupun disediakannya headset, webcam, bahkan ruangan yang full AC.


Selain itu, tarif juga turut menentukan dalam peluang usaha ini. Semakin murah tarif yang ditargetkan semakin menarik pula minat para pelanggan. Sampai pada saat ini tarif yang dipakai oleh para pengusaha warnet di Lamongan rata-rata antara Rp. 2500,00 – Rp. 3.000,00 per jam. Bahakan ada juga warnet yang menawarkan paket hemat 3 jam Rp. 7.500,00 dan 5 jam Rp. 6.000,00. Jika diperkirakan sebuah warnet yang buka 24 jam non stop mempunyai 5 PC dan tarif per jamnya Rp. 2.500,00 maka ditotal perhari mencapai Rp. 300.000,00 dan per bulan laba kotor bisa mencapai Rp. 9.000.000,00.


Tenaga yang dibutuhkan juga tidak perlu banyak. Cukup 2 orang saja sudah bisa menjalankan sebuah warnet. Tapi, jika Anda ingin mencoba usaha ini setidaknya Anda juga mempunyai pengetahuan tentang jaringan internet sehingga hal tersebut akan memudahkan Anda dalam menjalankan usaha ini.


Selain jasa internet, sebuah warnet juga dapat menjual jasa rental, print, maupun burning CD/DVD. Nah, apakah Anda tertarik untuk mencoba usaha ini?!...


WISATA WADUK GONDANG

Wisata Waduk Gondang berada di Desa Gondang Lor Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1987. Waduk seluas 6,60 Ha. dengan kedalaman 29 m. ini berfungsi untuk menampung air hujan juga digunakan olah masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari dan sebagai pengairan oleh para petani. Selain petani di Kecamatan Sugio, pengairan juga mencapai Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Kedungpring.


Di tempat Wisata Waduk Gondang terdapat beberapa fasilitas yang menarik yaitu wisata air seperti perahu dan sepeda air untuk mengelilingi waduk yang cukup luas, sehingga kita dapat menikmati udara yang sejuk sambil melihat pemandangan sekeliling waduk yang teduh dan indah karena ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi dan hijau. Adapula sarana bermain untuk anak-anak, kebun binatang mini yang di dalamnya terdapat satwa-satwa seperti burung, monyet, kera, buaya, ular, rusa dan lainnya. Sehingga anak-anak juga bisa bermain sambil belajar mengenal satwa-satwa yang berada di sana. Saat Anda memasuki kawasan Wisata Waduk Gondang maka Anda akan dapat melihat lapangan yang cukup luas yang berfungsi sebagai bumi perkemahan.


Tidak jauh dari Waduk Gondang juga terdapat makam Dewi Sekardadu yakni putri Adipati Blambangan yang diperistri oleh Maulana ishak. Masyarakat sekitar menyebut makam Dewi Sekardadu juga sebagai Makam Mbok Rondo Gondang yang merupakan ibu dari Joko Samudra atau Sunan Giri. Makam tersebut ditemukan pada tahun 1911 dan kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1917.


Mitos yang pernah ada di kawasan waduk tersebut hampir dipercaya oleh masyarakat sekitar yaitu pengunjung waduk gondang di larang memakai pakaian berwarna merah. Menurut cerita dahulu setiap pengunjung yang memakai pakaian merah tiba-tiba menghilang di waduk tersebut karena konon penunggu waduk yang berupa naga besar menyukai warna merah. Wallahualam. Semua kembali ke niat kita, asal niat kita baik dan tidak bermaksud mengganggu insya Allah, Allah SWT. akan selalu melindungi kita dimanapun kita berada. Amien.

MITOS MEMAKAN LELE BAGI WARGA LAMONGAN


Lambang Kota Lamongan adalah Ikan Bandeng dan Lele. Tapi kali ini saya akan membahas Ikan Lele yang tentunya memiliki sejarah karena menjadi lambang dari Kota Lamongan. Ada yang bilang jika orang Lamongan asli tidak boleh memakan ikan yang satu ini. Benar atau tidak anggaban tersebut, berikut ceritanya.

Dahulu, ada seorang Nyi Lurah yang meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang waliullah/sunan (kemungkinan Sunan Ampel) untuk mencegah ontran-ontran atau huru-hara sekaligus untuk menjaga kewibawaannya di wilayahnya (sekitar wilayah Bojonegoro). Kanjeng Sunan pun memberikan keris yang dimilikinya kepada Nyi Lurah dengan beberapa syarat. Diantaranya adalah tidak boleh menggunakan keris tersebut untuk kekerasan (menumpahkan darah) dan harus segera dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh purnama (tujuh bulan).


Akhirnya Nyi Lurah berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya itu. Namun setelah tujuh purnama terlewati, Nyi Lurah belum juga mengembalikan keris kepada Kanjeng Sunan. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya, Kanjeng Sunan kemudian mengutus salah seorang muridnya untuk menemui Nyi Lurah dan mengambil kembali keris Kanjeng Sunan.


Sampai di tempat Nyi Lurah, murid Kanjeng Sunan pun segera menemui Nyi Lurah. Saat murid tersebut menghadap dan mengutarakan maksudnya untuk mengambil keris Kanjeng Sunan, Nyi Lurah bersikeras tidak mau menyerahkan keris tersebut. Karena merasa tidak mendapat sambutan yang baik atas niatnya, akhirnya sang murid berencana untuk diam-diam mengambil keris pusaka di rumah Nyi Lurah.


Pada suatu malam, murid tersebut memasuki rumah Nyi Lurah dan berhasil menggambil keris. Namun, Nyi Lurah telah menyadari bahwa keris pusaka telah dicuri. Serta merta seluruh warga desa berbondong-bondong mengejarnya. Kejar mengejar ini berlangsung sangat jauh hingga mencapai daerah Lamongan. Pada saat di perbatasan daerah Babat-Pucuk, murid tersebut merasa terpojok karena sebuah pohon asam besar menghalangi jalannya. Dan ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang lewat menyelamatkannya, hingga yang terkena tombak adalah kijang. Atas kejadian tersebut, sang murid bersyukur kepada Allah dan berujar bahwa anak cucu dan keturunannya kelak tidak boleh memakan daging kijang karena binatang tersebut telah menyelamatkan nyawanya.


Sang murid terus melanjutkan perjalannya ke arah Surabaya, sementara para penduduk tadi masih tetap mengejarnya. Hingga dia terjebak pada sebuah jublangan/kolam yang di dalamnya penuh dengan Ikan Lele yang memiliki pathil yang mematikan. Sementara, dari kejauhan terlihat para penduduk yang semakin dekat menuju ke arahnya dan tidak ada jalan lain selain menyeberangi kolam Lele di depannya. Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan kepada Allah, akhirnya diapun menceburkan diri ke dalam kolam penuh Ikan Lele. Ternyata tak satupun Ikan Lele menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak Ikan Lele berenang di atas kolam maka penduduk menganggab bahwa si pencuri tersebut tidak mungkin bersembunyi di kolam penuh Ikan Lele yang memiliki pathil yang sangat mematikan. Warga desa yang mengejarnya itu pun mengalihkan pencariannya ke tempat lain. Setelah itu menyembullah sang murid ke permukaan kolam. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah dan lagi-lagi dia berujar bahwa anak, cucu dan keturunannya kelak untuk tidak memakan Ikan Lele, karena ikan tersebut telah menyelamatkan hidupnya. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut berada di sekitar daerah Glagah Lamongan. Akhirnya, sang murid berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada Kanjeng Sunan.


Beberapa cerita mengatakan bahwa murid yang mencuri keris pusaka tersebut bernama Ronggohadi (saat ini menjadi salah satu jalan di Kota Lamongan). Dia adalah orang yang kelak membabat alas Lamongan dan menjadi bupati pertama Lamongan yang bergelar Bupati Surajaya.


Hingga saat ini, kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, atau pesisir, sangat jarang yang makan lele sebagai santapan lauk pauknya apalagi yang berdarah asli Lamongan (ayah dan ibu asli Lamongan). Mereka khawatir kalau masih ada darah keturunan sang murid Kenjeng Sunan dan takut melanggar sumpah. Meskipun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele, namun jarang sekali mereka yang memakan ikan tersebut. Konon, jika ada anak keturunannya yang melanggar sumpah, maka pigmen di area tangan atau tubuhnya akan memudar sehingga warna kulitnya belang-belang hingga menyerupai tubuh Ikan Lele. Wa'allahualam. Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat.